Jumat, 26 September 2008

nasip anak bangsa di timur raya

 Beberapa anak Papua usia sekolah terlihat sibuk memungut ikan yang tercecer ketika dipindahkan nelayan dari kapal-kapal ikan ke keranjang yang siap dibawa ke pasar. Ikan yang dipungut dan dikumpulkan anak-anak tersebut sebagian di jual ke pasar sebagian lagi untuk dimakan. Orang tua (Ayah) mereka pada umumnya adalah buruh nelayan dengan penghasilan Rp. 600.000/bulan; ini adalah gambaran keseharian di Pantai Klademak Dua (2) Sorong yang di angkat pada halaman Pertama Harian KOMPAS Jumat, 27 April 2007.

Mungkin akan terasa janggal di telinga kita mendengar hal serupa, Pertama karena pribumi Papua bekerja memungut ceceran ikan, terlebih keterlibatan mereka yang masih anak usia sekolah, fenomena ini merupakan ciri khas daerah-daerah miskin/kantong-kantong kemiskinan, apakah hal tersebut terjadi karena kemiskinan semata? Lalu apa hubungan-nya dengan pendidikan anak Papua yang tugas utamanya adalah belajar dan beraktivitas yang diarahkan pada sesuatu yang sifat-nya mendukung masa depan.

Kedua, Dalam tingkat Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sorong menempati urutan kedua terbesar setelah Timika, tetapi bukan rahasia umum jika angka-angka itu hanya simbol yang dampak langsungnya minim dalam sektor masuk dalam kategori Hak Asasi Manusia (HAM) seperti, hak hidup, hak mendapat pendidikan, dst.

icon.jogjalab.com

1 komentar: